Taufik sentana

Guru, konsultan pembelajaran dan ikatan dai indonesia. Menetap di Aceh barat bersama seorang istri dan enam orang anak....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kecerdasan Tertinggi,  Pengantar Studi Kreativitas

Kecerdasan Tertinggi, Pengantar Studi Kreativitas

Kecerdasan Tertinggi

Banyak metoda dan pendekatan dalam menemu-kenali serta memetakan kecerdasan anak. Pengetahuan modern telah menunjukkan bahwa banyak ragam dalam upaya menjadi cerdas.

Sejak ditemukan tes IQ, sekitar 150 tahun yang lalu (masih digunakan juga sekarang), kecerdasan identik dengan keputusan logik dan angka. Kecerdasan dimonopoli oleh kecakapan matematik-numerik semata.

Padahal kecerdasan melampaui defenisi parsial. Ia sebagai potensi dasar, kapasitas dan perangkat kemanusiaan yang mutlak ditumbuh-kembangkan. Kecerdasan itu mencakup setidaknya, dimensi akal dan hati/jiwa dan fisik.

Bahkan disinyalir kecerdasan fitrawi kita hingga 99 komposisi berdasarkan Nama-Nama Allah Yang Baik.

Bila kita menggunakan "skala level" dalam dalam kecerdasan ini, setelah kita komparasi dengan pendekatan kecerdasan modern (multicerdas), maka kita bisa mengelompokkannya menjadi kecerdasan tertinggi, menengah dan rendah. Dan menurut hemat penulis, belum banyak yang menyentuh ranah kecerdasan berdasarkan level ini.

Jadi, apakah kecerdasan yang tertinggi itu? Mungkin belum waktu dan ruangnya untuk kita sajikan detil disini. Namun yang dapat kita indikasikan dalam forum ini adalah bahwa rumpun kecerdasan tertinggi itu terjalin dalam "kemampuan menahan diri". Dengan catatan, bahwa kemampuan menahan diri ini bukan semata berbasis spiritual-emosional belaka, tapi juga aqliyah dan jasmaniyah. Sebab ketika putusan "menahan diri" itu diambil maka sebenarnya yang bekerja adalah seluruh spektrum potensi diri.

Kemudian menahan diri ini juga bukan bermakna pasif seperti menyerah dan pasrah semata. Tetapi sebagai sikap kontrol diri yang tinggi dan berorientasi jangka panjang serta ukhrawi. Maka benar, Sabda Baginda, bahwa yang cerdas itu adalah yang menyiapkan amal untuk bekal keabadiannya.

Kelemahan kaum yang terdidik dalam mengaplikasikan poin ini akan menyuburkan kejanggalan dan penyakit sosial. Seperti korupsi di pemerintahan, tingkat kriminalitas dan lunturnya nilai nilai sosial kita.

\

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post