Taman Penyubur Jiwa
Taman Penyubur Jiwa
Yang terserak
biarlah terhimpun.
Hilang retak-remuk.
Segala amuk
jadi peluk yang rimbun.
Jejak jejak lama
yang takkan lapuk di jiwa
menjadi penat-sesak
menjelma batu panas di dada
menggelegak-meronta-melompat
menuju Pintu Semula:
Ialah rupa makna
dari gejala dan peristiwa
dalam bacaan sehari hari.
Tentang takjub dan redup
atau degup dan desau-risau.
Tanah telah mencumbui
ranting ranting waktu
Diantara dedaun yang malu
dan menguning
dalam sela musim
pada taman penyubur jiwa:
pada lapar-dahaga
dan sabar-taqwa.
Di tepi taman itu
rindu yang gemetar
menjalar,
menuntun sang diri
ke ujung pagi
yang fitri.
Taufik sentana
Peminat sastra sufistik
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masya Allah....puisi yang apik. Alhamdulillah dapat menikmati puisi cantik ini. Salam literasi. Semoga Pak Ustadz dan keluarga selalu sehat, bahagia, dan sukses serta senantiasa di dalam ridho-Nya. Barakallah..., Pak Ustadz.
Good poetry