Surat Secangkir Kopi
Surat Secangkir Kopi
Engkau membaca tubuhku
pada cangkir yang ramping
yang mengendap di dalamnya
seluruh bayang.
Bayang bayang itu seperti masa lalu, atau peristiwa baru, atau cumbu, atau omong kosong penuh lipstik.
Engkau seperti tak pernah berhenti mencium aromaku: kenikmatan yang tersembunyi dalam kepahitan. Walau tidak memabukkan, aku telah menjadi simbol candu dan budaya, bahkan kapitalisme.
Saat selesai menyeruputku, pelan dan penuh pertimbangan,
engkau seakan menemukan perspektif berbeda tentang pagi ini, atau senja nanti.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Oh I love coffee. Sejuta cerita tak kan habis bersama kopi. Selalu ada kehangatan, kerinduan, dan kenikmatan dalam setiap seduhannya. Sendiri, bersama selalu penuh makna. Wonderful writing. Sukses selalu pak Taufik. Salam literasi.
Trma kasih tlah mampir dan atas apresiasinya..salam
Salam sejuta koffie...